Senin, 21 Agustus 2017


SEJARAH BERDIRINYA
MADRASAH MU’ALLIMIN HASYIM ASY’ARI
PESANTREN TEBUIRENG

Pondok Pesantren Tebuireng didirikan oleh Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari pada tahun 1899 M., pada perkembanganya Pesantren Tebuireng tidak hanya merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu agama kepada santri-santrinya tetapi juga merupakan pusat da’wah Islam dan basis perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Seiring dengan berjalanya waktu, Pesantren Tebuireng telah mampu melahirkan ulama-ulama besar yang tersebar di berbagai daerah, mereka tampil bukan hanya sebagai tokoh bagi masyarakat lingkunganya tetapi juga berperan dalam berbagai bidang. Dengan adanya peran alumni Tebuireng sebagai agen perubahan ( Agent of Change ) bagi lingkunganya tersebut kian meneguhkan bahwa kebesaran Tebuireng bukan hanya karena nama besar Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari sebagai pendiri semata tetapi juga dibuktikan oleh adanya peran para alumninya.
Era reformasi telah bergulir, kebebasan berekspresipun kian menemukan ruangnya dan pemerintah pun seakan tak mau ketinggalan berlomba dengan waktu untuk melahirkan regulasi-regulasi baru yang salah satunya terkait dengan regulasi pendidikan nasional, di sisi lain kecenderungan pola pikir masyarakat yang hedon kian lama kian menguat, Pesantren sebagai lembaga tafaqquh fi al-din yang telah banyak menghasilkan alumni sukses tersebut akhir-akhir ini telah banyak mengalami pergeseran dalam berbagai hal. akibatnya Pesantren lambat laun mulai kehilangan independensinya sebagai lembaga pendidikan khas Indonesia yang mandiri.
Kondisi ini direspon oleh pengelola Pesantren dengan mengadopsi pendidikan formal yang dilaksanakan di Pesantren, kebijakan ini tentu positif dan terbukti banyak berperan dalam menjaga eksistensi Pesantren. namun ada hal yang mulai terlupakan atau bahkan hilang dari pesantren saat ini, dampak paling nyata adalah pergeseran mutu lulusan pesantren dimana nilai ijazah jauh lebih diperhatikan dan dianggap lebih penting dari pada kualitas keilmuan seseorang. Pergeseran nilai ini tentu sangat berpengaruh terhadap kualitas alumni pesantren sehingga tidak sedikit pesantren yang mulai gelisah karena kekurangan kader yang mumpuni untuk mengemban amanat meneruskan visi pesantren yang telah digariskan oleh kyai pendiri.
Lahirnya Madrasah Mu’allimin adalah salah satu bentuk respon nyata yang diberikan oleh para sesepuh Pesantren Tebuireng atas berbagai permasalahan tersebut, ia lahir sekaligus sebagai jawaban atas adanya tuntutan dari berbagai pihak yang menginginkan Pesantren Tebuireng menghidupkan kembali sistem pendidikan Mu’allimin yang dulu pernah ada di Pesantren Tebuireng dan telah terbukti membentuk dan menghantarkan para alumni Tebuireng sukses dalam berbagai bidang.
Ide awal berdirinya Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari tercetus pada musyawarah Alumni Tebuireng pada tanggal......yang menghasilkan rekomendasi agar pesantren Tebuireng kembali fokus pada upaya peningkatan kemampuan santri dalam penguasaan kitab kuning. Hasil musyawarah ini kemudian diperkuat oleh adanya masukan para kyai yang disampaikan secara langsung kepada romo KH. Salahuddin Wahid pada waktu beliau silaturrahim di beberapa Pondok Pesantren yang notabene pendiri dan pengasuhnya merupakan alumni Tebuireng yaitu Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Ploso Kediri dan Pesantren Sidogiri Pasuruan.
Sebagai tindak lanjut atas berbagai usulan tersebut, pada tanggal....diadakan musyawarah di ndalem kasepuhan yang dipimpin langsung oleh romo KH. Ir. Salahuddin Wahid dan dihadiri oleh beberapa kyai sepuh antara lain KH. Hakam Kholiq Tebuireng, KH. Aziz Mansur pacol gowang, KH. Habib Ahmad Perak, KH. Zubaidi Muslih, KH. Luthfi Sahal, KH. Syakir Ridlwan, KH. Mustain Syafi’i, KH. Taufiqurrahman Jombang, dan beberapa alumni sepuh lainya, musyawarah ini menghasilkan keputusan membentuk Tim kecil beranggotakan sebelas orang (disebut dengan istilah Tim Sebelas) yang bertugas merumuskan konsep kurikulum dan persiapan pendirian Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar